• Goad (Sweet in marathi) Dashmi is a flatbread, a chapati made using jaggery and milk instead of water. This is a typical Maharashtrian dish. I remember whe...

Mengenal Hiperkoagulasi Atau Kekentalan Darah



Kekentalan Darah
Istilah kekentalan darah sebenarnya lebih relevan untuk merujuk pada penyakit hiperkoagulasi atau darah mudah beku. Namun, terkadang istilah ini digunakan juga untuk menyebut polisitemia, yaitu kondisi kadar Hb dalam darah di atas batas normal. Polisitemia ini adalah kondisi yang berlawanan dengan anemia, atau kadar hemoglobin dalam darah yang rendah.

Hiperkoagulasi
Hiperkoagulasi berbeda dengan polisitemia karena kaitannya dengan sifat darah  yang mudah membeku. Akibatnya, ada gumpalan-gumpalan dalam cairan darah yang bisa membentuk sumbatan di pembuluh-pembuluh darah yang halus, misalnya di otak atau  jantung.
Jika pembuluh darah yang tersumbat ini pecah, bisa terjadi stroke, serangan jantung, atau kalau terjadi di mata bisa tiba-tiba buta. Orang yang terkena stroke atau serangan jantung maupun pembengkakan di organ tubuh seperti paru-paru,   cukup banyak yang asalnya dari mengalami hiperkoagulasi. 
Jika disarankan untuk mengonsumsi obat pengencer darah, berarti kekentalan yang dialami adalah hiperkoagulasi. Obat diberikan agar darah tidak mudah membeku. Pada orang berusia lanjut, ada kemungkinan obat pengencer darah harus dikonsumsi secara rutin. Kalau sifat kekentalannya hanya sementara, mungkin minum obat hanya beberapa bulan. Namun, jika merupakan kelainan bawaan, obat mungkin saja diminum bertahun-tahun.
Pada wanita muda, yang menjadi masalah akibat hiperkoagulasi sehingga membutuhkan obat pengencer darah adalah kondisi sulit hamil, atau saat hamil mengalami keguguran berulang karena gumpalan darah yang ada menyumbat pembuluh  darah halus di plasenta atau janin.  Janin tidak bisa tumbuh karena tidak mendapat makanan akibat pembuluh darah yang tersumbat.
Tidak ada hubungan langsung antara hiperkoagulasi dengan kolesterol tinggi maupun makanan berlemak. Kolesterol tinggi hanya bisa membuat pengerasan pembuluh darah karena kolesterol akan menempel di dinding pembuluh darah, sehingga bagian dalam pembuluh darah tidak licin lagi dan pembuluh darahnya menyempit. Jika terjadi serangan jantung, itu adalah akibat penyempitan pembuluh darah, bukan karena sifat darahnya.
Kolesterol tinggi bisa membuat hiperkoagulasi terjadi secara tidak langsung, karena dinding pembuluh darah yang tidak lagi licin itu membuat rangsangan ke sistem pembekuan darah untuk bekerja lebih aktif. Berbeda dengan polisitemia, tidak ada hiperkoagulasi primer maupun sekunder, karena umumnya hiperkoagulasi ada penyebabnya. Koagulasi atau pembekuan darah biasanya terjadi saat timbul luka. Pada kondisi hiperkoagulasi, pembekuan darah terjadi bahkan di saat tidak timbul luka. 
Kondisi ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal, misalnya dinding dalam pembuluh darah yang tidak lagi licin karena sudah terlapisi kolesterol, ada antibodi yang tidak normal yang mengganggu keseimbangan protein-protein pembekuan darah, kelainan bawaan, atau penyakit seperti lupus yang terkadang turut mengakibatkan hiperkoagulasi.

Polisitemia
Dalam kondisi polisitemia, jumlah darah dalam pembuluh darah berlebih, sehingga alirannya melambat. Biasanya termasuk kelompok penyakit yang terkadang disertai kadar leukosit atau trombosit yang tinggi, jadi seperti leukemia.
Pengobatan polisitemia tidak menggunakan obat pengencer darah. Pada penderita polisitemia, darah yang berlebih harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Jadi seperti donor darah, tapi bukan untuk disumbangkan ke orang lain, melainkan dibuang. Jika kondisi ini terus berlanjut, pemberian obat juga dibutuhkan. Frekuensinya tergantung, bisa sebulan sekali, bisa juga lebih sering, tergantung seberapa besar kadar hemoglobinnya meningkat.
Polisitemia terbagi atas polisitemia primer dan sekunder. Pada polisitemia primer, tubuh sudah mengalami ketidakseimbangan sehingga sumsum tulang belakang memproduksi darah berlebihan. Sementara itu, polisitemia sekunder terjadi sebagai reaksi terhadap hal lain. 
Misalnya, perokok sering mengalami polisitemia sekunder karena asap rokok menutupi paru-paru, akibatnya tubuh tidak bisa mengisap oksigen yang cukup. Tubuh pun bereaksi dengan membuat sel darah lebih banyak  agar bisa mengangkut oksigen lebih banyak. 
Contoh lain, penyebab polisitemia sekunder adalah kista di ginjal. Risiko penyakit ini lebih besar pada orang-orang yang berusia lanjut. Pada perokok pun, penyakit ini muncul setelah bertahun-tahun kemudian. Penyakit ini relatif umum, tidak secara spesifik lebih banyak menyerang pria atau wanita.

0 Response to "Mengenal Hiperkoagulasi Atau Kekentalan Darah"

Posting Komentar