• Goad (Sweet in marathi) Dashmi is a flatbread, a chapati made using jaggery and milk instead of water. This is a typical Maharashtrian dish. I remember whe...

SEDIH: Kisah Ibu dan Mawar Putih Yang Tak Terjamah

Ibu dan Mawar Putih yang Tak Terjamah
Anisah berdiri dari duduknya, Ia keluar dari bis yang sudah terhenti. Anisah pun memutuskan kembali kerumah.
Hafyah, ibu yang berusia setengah abad ini menghabiskan waktunya untuk bercocok tanam di halaman rumahnya yang berukuran tak terlalu luas, namun teduh dan rindang. Sejak ditinggal suaminya, ia tinggal bersama anak semata wayangnya, Anisah. Anisah baru saja lulus dari Universitas terkemuka di Jakarta dengan predikatcum laude, dan menempuh pendidikan S1 hanya dalam tempo 3,5 tahun saja.
 
Nasib Anisah begitu bagus. Belum sampai sebulan mendapatkan gelar sarjana Ekonomi, kini Ia sudah mendapatkan karir yang begitu bergengsi di sebuah Bank ternama. Namun, sayangnya keberuntungan ini membuat Anisah semakin menjauh dari sang ibunda.
 
Saat pagi, Hafyah ingin menanam bunga mawar yang baru dibelinya di pasar tradisional dekat rumah. Hafyah menggunakan cangkul kecil untuk menggali tanah di pelataran depan rumah untuk tempat  bunga mawar berwarna putih itu. Ah…tiba-tiba asam urat Hafyah kambuh, sekujur tangannya terasa kaku, tak dapat digerakan secara normal. “Ya Allah, Sakit,” kata Hafyah seraya menjatuhkan tubuhnya ditanah. 

Anisah yang sudah siap dengan seragam kantornya terkejut mellihat Hafyah tampak lemas bersimpuh di depan rumah. Dengan cekatan, Anisah menolong sang ibu dan membawanya ke teras.

“Ibu Kenapa ?” cemas Anisah.

“Tangan ibu kaku nak,” kata ibu sambil menahan sakit. “Nak, tolong ibu yah, tanam bunga mawar ibu disitu,” pinta ibu membuat Anisah langsung melihat jam tangannya.

“Ibu, Anisah harus kerja. Anisah sudah terlambat. Maaf yah ibu,” seru Anisah seraya meninggalkan ibu berlari kedepan rumah mencari angkutan umum menuju ke kantornya.
 
***
 
Saat diperjalanan, Anisah bertemu dengan seorang pengamen yang bernyanyi begitu lantang di dalam bis kota yang ditumpanginya. Dengan menggendong anaknya yang berumur sekitar dua tahun, sang pengamen bernyanyi sambil terus mengelus rambut anaknya yang terlihat terlelap tidur dalam bopongan sang ibu.
 
“Kasihan yah, de, Ibunya harus banting tulang dengan cara seperti itu,” kata seorang perempuan yang duduk disamping Anisah.

Anisah hanya tersenyum datar, pikirannya seketika teringat sang ibu yang Ia tinggalkan begitu saja diteras rumah. “Astagfirullah, ibu,” ucapnya dalam-dalam, hatinya tiba-tiba bergetar, ingatannya tak lepas dari Ibu. Tiba-tiba handphonenya berbunyi menandakan panggilan masuk. Saat mengangkat telepon, Ia hanya terdiam mendengarkan orang di seberang sana berbicara, tangannya terasa kaku, dadanya terisak sakit.

“Bang, stop bang,” Anisah berdiri dari duduknya, Ia keluar dari bis yang sudah terhenti. Anisah pun memutuskan kembali kerumah.
 
***
Rumah Anisah tampak ramai, banyak para tetangga memenuhi ruang tamunya. Dengan pakaian berwarna sama mereka duduk disamping ibu.

“Bu, ibu…” Anisah mendekati ibu. “Pak, Ibu kenapa,” Tanya Anisah pada ketua RT setempat.

“Ibumu jatuh dikamar mandi tadi pagi setelah ia selesai menanam bunga mawarnya didepan rumah, lalu Ibumu didapati seperti pinsang, namun, kata dokter ibu Hafyah sudah meninggal dunia,” jelas ketua RT.

“Ibu,” mata nanar membuat air mata tumpah seketika, pelukan Anisah pun tak dapat membuat Ibunya bangun kembali. “Ibu Aku minta maaf ibu,” maafnya pun tak bisa didengar lagi, meski air matanya terus menetes di wajah kaku sang ibu takkan mampu membuat ibu membuka matanya kembali.
 
***
Kini Ibu telah pergi, Anisah masih sembab tak berdaya didepan rumah, matanya terus tertuju pada mawar putih yang berkembanng dipelataran rumah, sungguh penyesalan tak ada ampun.

“Seadainya saja menyempatkan sedikit waktu untuk Ibu, Ibu yang begitu rela mengasuhku dari lahir hingga ku dewasa, Allah, sampaikan maafku pada Ibu, karena pada dasarnya aku takan sanggup hidup tanpa kasih sayang ibu,”
 
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (TQS. Luqman: 14)”



0 Response to "SEDIH: Kisah Ibu dan Mawar Putih Yang Tak Terjamah"

Posting Komentar