Ilustrasi |
Astronesia-Dengan menggunakan data dari survey alam semesta yang baru-baru ini dilakukan oleh teleskop Hubble, sebuah tim internasional yang dipimpin oleh astronom Amerika berhasil mengidentifikasi galaksi paling jauh dan paling awal yang pernah terdeteksi, menurut laporan baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal Nature.
Walaupun banyak kandidat galaksi yang jauh lainnya yang sudah diidentifikasi di masa lalu, tapi galaksi ini sudah dikonfirmasi melalui tindak lanjut pengamatan yang dilakukan oleh teleskop Keck I di Hawaii.
Para peneliti mengatakan bahwa temuan mereka menunjukkan alam semesta ketika masih bayi melakukan pembentukan bintang yang intens di galaksi di banding apa yang astronom yakini sebelumnya.Ini berarti bahwa teori-teori dan model aktivitas pembentukan bintang di galaksi 'mungkin perlu revisi.
"Kami berharap dapat menemukan lebih banyak benda-benda kecil dengan survei ini," kata Mauro Giavalisco.
Astronom UMass (University of Massachusetts) membandingkan teori yang berlaku tentang alam semesta awal dengan melemparkan batu bata melalui jendela, yang akan menghasilkan banyak potongan-potongan kecil dan beberapa pecahan besar.
Menurut Giavalisco, banyak galaksi bermassa kecil tetapi hanya beberapa yang bermassa besar. Dan survei kami tidak benar-benar dirancang untuk menemukan galaksi awal dengan tingkat pembentukan bintang tinggi.Namun, pada hari pertama percobaan kami,kita melihat obyek ini sangat aktif. Jadi kami tidak yakin jika kita benar-benar beruntung.
Bukti laju pembentukan bintang di galaksi ini menimbulkan pertanyaan yang menggoda tentang apakah kita punya teori pembentukan galaksi yang benar dalam ide-ide yang mendasar," tambah astronom."Mekanisme ini belum sepenuhnya dipahami."
Untuk mengkonfirmasi sifat galaksi jauh ini, tim menggunakan teknik yang disebut “Lyman-break selection" yang dikembangkan oleh Giavalisco dan rekannya pada tahun 1990-an. Metode ini menggunakan warna tampak galaksi sebagai indikator jarak mentah.
"Warna mengkodekan banyak proses fisik yang bekerja di dalamnya," kata Giavalisco, "seperti,apakah mereka membentuk bintang atau tidak dan berapa banyak debu di dalamnya, karena debu meredupkan cahaya bintang dan membuat warna mereka menjadi merah."